Tampilkan postingan dengan label Tips and Trik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tips and Trik. Tampilkan semua postingan

Jumat, 22 Februari 2008

Bakteri Jadi Pestisida Aman

Ini politik devide et impera yang dilakukan Ir Euis Suryaningsih MS. Periset Balai Penelitian Tanaman Sayuran itu mengadu domba makhluk mini seperti Bacillus subtilis dengan bakteri Colletotrichum gloeosporoides penyebab penyakit antraknosa pada cabai. Mereka bertarung dan Bacillus subtilis selalu menang.

Apa rahasia kemenangan itu? Anggota famili Bacillaceae itu mempunyai senyawa toksin bernama bacillin. Toksin itu tokcer menghambat perkembangan bakteri patogen. Menurut Charles L. Baugh, periset Merck Institute for Theurapeutic Research, Pennsylvania, Amerika Serikat, bacillin juga mampu mendongkrak resistensi tanaman. Dampaknya sistem kekebalan tanaman pun meningkat.

Euis, alumnus Biologi Universitas Padjadjaran Bandung, meriset bakteri sebagai pestisida selama hampir 2 tahun sejak awal 2006. Mula-mula Euis mengambil isolat bakteri Bacillus subtilis dari daun cabai muda. 'Sebaiknya bakteri diambil dari tanaman yang akan diberi perlakuan,' katanya. Tujuannya agar tidak terjadi resistensi. Sistem metabolisme daun muda masih sangat aktif, jadi lebih banyak bakteri yang ditemukan. 'Kemungkinan dia juga memperbanyak diri di sana,' katanya.

Ambil spora

Setelah memperoleh isolat bakteri, Euis mengupayakan bakteri berkembang biak. Caranya dengan menciptakan suasana lingkungan kering. Kelembapan ruangan diatur sampai titik terendah sehingga bakteri menghasilkan spora. Bila lingkungan tidak menguntungkan, beberapa jenis bakteri termasuk bacillus akan mempertahan diri dengan membentuk spora. 'Spora itulah yang saya panen,' kata Euis.

Spora itu awet selama 2 tahun. Namun, bila disimpan di lemari pendingin, daya tahan spora lebih lama, mencapai puluhan tahun. Dalam bentuk spora, bakteri akan dorman. Spora itu selanjutnya digunakan oleh Euis untuk memperbanyak jumlah bakteri.

Untuk merangsang bakteri memperbanyak diri lagi, cukup meningkatkan kelembapan udara ruangan tempat isolasi bakteri, sampai lebih dari 90%. Saat itu, kondisi lingkungan sesuai dengan kebutuhan bakteri. Masa dormansi pun usai. Spora tidak terbentuk lagi dan bakteri pun bisa kembali memperbanyak diri. Nah, saat memperbanyak diri itulah bakteri mengeluarkan senyawa toksin. Senyawa itu dikeluarkan oleh hampir seluruh bagian tubuhnya dan akan digunakan untuk melawan bakteri patogen pada tanaman.

Caranya dengan mengambil isolasi bakteri yang sudah dibuat serbuk. Selanjutnya dilarutkan dalam air, dengan dosis 0,1%. Larutan itu disemprotkan pada tanaman seminggu sekali. Pestisida Bacillus subtilis bekerja secara sistemik. Ia menghambat pertumbuhan patogen dengan masuk melalui sistem metabolisme tanaman lalu pelan-pelan mencegah patogen berkembang biak. 'Cara kerjanya mirip antibiotik, dosisnya kecil, tapi dilakukan terus-menerus,' kata perempuan 59 tahun itu.

Dalam metabolisme tanaman, biopestisida itu menghambat perkembangbiakan bakteri atau cendawan patogen. Akibatnya, patogen tidak bisa memperbanyak diri sehingga penyakit yang ditimbulkan pun bisa dihambat. Temuan biopestisida itu jelas kabar menggembirakan bagi para pekebun sayuran. Maklum, selama ini pekebun mengandalkan pestisida kimiawi yang mengancam kesehatan konsumen dan memicu resurjensi hama.

Pekebun bawang merah, umpamanya, kerap waswas akibat serangan layu fusarium. Penyakit yang disebabkan oleh Fusarium oxysporum itu terbukti dapat diatasi dengan merendam benih bawang merah dalam 0,1% larutan Bacillus subtilis selama 30 menit. Hasilnya bawang merah bebas serangan fusarium. Untuk perawatan berikutnya, cukup semprotkan pestisida alami itu dengan dosis sama, seminggu sekali.

Produksi tinggi

Hasil penelitian Euis Suryaningsih membuktikan, 'Beberapa penyakit akibat cendawan patogen bisa diatasi,' katanya. Itu juga dibuktikan pada tanaman sayuran lain seperti bawang merah, cabai, pecai, dan seledri. Hasil penggunaan pestisida Bacillus subtilis sangat terlihat mencolok. Yang menggembirakan, penggunaan Bacillus subtilis ternyata meningkatkan produksi. Dalam uji coba penanaman bawang merah di Rancaekek, Bandung, Euis menuai 300 kg umbi lapis dari lahan 1.000 m2.

Itu berarti 3 kali lipat lebih banyak dibandingkan tanaman yang tidak disemprot bakteri. Menurut Clarence L Baugh, makhluk berukuran 4 mikron itu mengandung fitohormon seperti auksin, sitokinin, etilen, giberelin, dan asam absisat yang mampu merangsang pertumbuhan tanaman. Selain itu, ia juga memasok nutrisi esensial seperti nitrogen, fosfor, kalsium, dan magnesium yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Bahkan bakteri mampu melarutkan mangan pada MnO2 menjadi Mn+2. Mangan dalam bentuk kation itu sudah siap diserap oleh tanaman dan merangsang pertumbuhan tanaman.

Peran ganda pestisida sekaligus pupuk itu bukan hanya monopoli bakteri Bacillus subtilis. Cendawan Trichoderma lactae mampu menghambat pertumbuhan patogen dalam tanah seperti Pseudomonas solanacearum penyebab penyakit layu pada kentang dan Rhizoctonia solani penyebab busuk akar pada kentang. Jika Bacillus subtilis tersebar di mana-mana, trichoderma hanya ditemukan dalam tanah. Ia juga mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman dengan memaksimalkan kerja mikroba dalam rhizosfer tanah-bagian di sekitar akar tanaman.

Menurut Dr Tualar Simarmata, ahli mikrobiologi tanah Universitas Padjadjaran, penggunaan bakteri dan cendawan sebagai biopestisida harus dilakukan secara hati-hati. 'Salah-salah bisa jadi senjata makan tuan,' kata Tualar. Maksudnya, niat hati ingin menjadikan bakteri dan cendawan menjadi senjata alami, tapi karena tidak terkontrol malah menyebabkan penyakit. Menurut Tualar pada prinsipnya setiap mikroba dapat menjadi patogen. 'Tidak ada yang menjamin bakteri atau cendawan itu selamanya baik,' kata doktor alumnus Universitas Liebig, Jerman, itu.

Penggunaan agen hayati juga tidak bisa disamakan dengan pestisida kimia. Pada pestisida kimia konsentrasi sudah teruji. Sedangkan penggunaan agen hayati masih mengandalkan hukum keseimbangan alam. Hasilnya pun bervariasi. 'Kondisi lingkungan tidak ada yang sama, maka efektivitasnya pun tidak akan pernah sama,' ujar Tualar. Itulah ciri khas penggunaan agen hayati sebagai musuh alami patogen.

Selain itu, dalam penggunaannya, agen hayati harus dipastikan hidup saat inokulasi dan mampu memperbanyak diri ketika diaplikasikan pada tanaman. 'Kalau tidak bisa hidup kan artinya sia-sia saja. Jangankan untuk mengendalikan penyakit, hidup saja susah,' katanya. (source : Lani Marliani/Peliput: Argohartono Arie Raharjo untuk Trubus-Online.com)

Don't Be Wrong in Choosing Ketakung

Sadness was upon Sofjan Moeis' face, hobbyist of nepenthes in Pondokindah, South Jakarta. His collection, 3 pots of kantong semar-term for nepenthes in Java, dried up and died. Due to curiosity, the father of 4 children looked for information everywhere. He even surfed through the internet. After he had investigated, the alumnus of a hotel academy in Munich, Germany, realized that he had wrongly chosen the variety of nepenthes. Sofjan bought N. ventricosa which is a highland species. Obviously, ketakung-term for nepenthes in Kalimantan-refuses to live in Jakarta.

The same case is experienced by other hobbyists. Meilfin Roza's first kantong beruk which he got from Gunung Singgalang in West Sumatera only lived for 2 months. Fortunately, Meilfin is not wary to treat kantong semar. After several times trying, he finally arrived at a conclusion, 'If we live on the lowland, we should be better not try to keep highland nepenthes. The plant might live, but it will refuse to bear pitchers, and so the other way around,' said the man who collects Rp12-million N. bicalcarata of 2 m in height.

In general, kantong semar-term for nepenthes in Java-is categorized into 3; highland, midland, and lowland. The former grows at the height of 700 m above sea level. For examples are N. adrianii, N. adnata, and N. lowii. The midland variety which grows on the elevation between 300-700 m above sea level are N. papuana and N. pervillei. While N. thorelii and N. ampularia are the lowland variety which grow at 0-300 m above sea level.

Temperature

The habitat of ketakung which grows in the mountain is obviously different from the one which lives at the sea side. The temperature and humidity differences are like heaven and earth. The lowland and midland Nepenthes require temperature around 27-35°C in the afternoon and 21-27°C at night. On the other hand, the highland variety needs 21-29ºC in the afternoon and 12-18ºC at night. The plants which prefer heat and low humidity will not survive to be cultivated in the mountain. 'Even if it is alive, normally the pitchers will not come out or they will shrink,' said Ir Uhan Suhanta, a hobbyist of nepenthes in South Bandung. Just the other way, keeping highland ketakung in the lowland will be very difficult, unless by special treatments.

For example is N. gymnamphora from Gunung Slamet, Purwokerto, up on 3.432 m above sea level. It is included in the fussiest kantong semar variety. 'Its adaptability (on lowland, red) is not good enough,' said Adrian Yusuf Wartono, the chairman of Divisi Nepenthes Indonesia (the Indonesia Nepenthes Division) in Malang, East Java. Even if it is alive, the pitchers will not reach their maximum size. Therefore, for beginner hobbyist it is not suggested to treat N. gymnamphora unless they live over 500 m above the sea level. Other requirement is the air humidity should be more than 80%. Less than that, the pitchers will not be formed, the leaves will roll and dried up.

If you insist in keeping a mountain ketakung on lowland, you are suggested to change the environment. Malesiana Tropical, in Kuching, Serawak, treats N. alata which grows on 400-2.400 m above sea level in elevation in a coolhouse room. The temperature in that 1 HP air-conditioned room is 26°C in the afternoon.

Obviously it is easier to keep lowland nepenthes. N. campanulata, N. danseri, N. masoalensis, and N. rowanae are the example. Other option is by choosing nepenthes which has a high adaptability, such as N. hirsute and N. veitchi.

In Malesiana Tropical, N. sumaterana which comes from an elevation of 0-1.000 m above sea level is put in a common plastichouse. The plastichouse only needs to be furnished with shading net of 55% shade and plastic roof to prevent rain from falling into.

Variety

Out of 103 species of nepenthes listed, 61 varieties grow on highland. While the rest live on lowland and midland up to highland. The majority of kantong semar in Sumatera, Sabah, and Sarawak grow on mountain ranges. While in Kalimantan there are a lot more adaptive nepentheses that grow on midland to highland.

The above categorization for periuk monyet is based on the spreading in the world. However, it is not valid for nepenthes which have been cultivated. For example is N. anamensis. It used to be categorized as highland species by Borneo Exotics-a nursery in Srilanka. Now N. anamensis is crowned as lowland variety. The conversion of categorization is done due to a reason that ketakung can grow well on the lowland after being cultivated.

Now then, it is time for you to choose the right nepenthes, so that you will not experience what happened to Sofjan. (Rosy Nur Apriyanti/ Reporter: Lastioro Anmi Tambunan for Trubus-Online.com)

PERBEDAAN WARNA JEMANI GOLDEN

Spesies jemani golden di nusantara kita masih tergolong langka/sulit untuk dijumpai di pasaran. seperti layaknya jemani kobra, jemani jaipong, jemani mangkok dan spesies jemani langka lainnya. hal ini diakibatkan dari pengembangbiakan dari jenis tanaman anthurium khususnya kerabat jemani mengalami kendala bagaimana agar keturunan mereka sama persis dengan indukannya? padahal kita tahu pengembangbiakan melalui generatif dalam hal ini dengan penyerbukan bunga anthurium yang nantinya akan menghasilkan biji sebagai sarana penerus generasi, akan menghasilkan keturunan yang berbeda. apalagi indukan tadi merupakan hasil perkawinan silang dari jenis yang lain. menurut teori bahwa keturunan melalui biji akan menghasilkan bibitan yang sama dengan indukan hanya 3/4 dari keseluruhan. apalagi jika hasil perkawinan silang, pada penyilangan pertama akan menghasilkan keturunan dengan perbandingan 1:3:3:1 hal ini menunjukkan bahwa 1 bagian dari 8 bagian merupakan keturunan yang memiliki karakter sama persis dengan indukan dan 1 bagian yang lain dari karakter indukan yang lain.6 bagian sisanya akan memiliki karakter diantara keduanya (perpaduan 2 karakter yang dibawa dari kedua indukan)

saat ini saya akan menunjukkan perbedaan warna dari jemani golden dengan jemani lain yang berwarna biasa.



warna cincin dari stang tangkai jemani golden cenderung berwarna kuning





warna cincin dari stang tangkai jemani giant cenderung berwarna putih.

source http://anthurium-house.blogspot.com/
spesies jemani golden di nusantara kita masih tergolong langka/sulit untuk dijumpai di pasaran. seperti layaknya jemani kobra, jemani jaipong, jemani mangkok dan spesies jemani langka lainnya. hal ini diakibatkan dari pengembangbiakan dari jenis tanaman anthurium khususnya kerabat jemani mengalami kendala bagaimana agar keturunan mereka sama persis dengan indukannya?

Baca selengkapnya di http://anthurium-house.blogspot.com/2007/11/perbedaan-warna-jemani-golden.html#links

Selasa, 19 Februari 2008

Khasiat Unsur Hara Bagi Tanaman

Tiap-tiap unsur hara mempunyai fungsi/khasiat tersendiri dan mempengaruhi proses-proses tertentu dalam perkembangan dan pertumbuhan tanaman.

Berikut ini uraian singkat fungsi/khasiat unsur hara bagi tanaman, yakni:


1. Karbon (C)

Penting sebagai pembangun bahan organik karena sebagian besar bahan kering tanaman terdiri dari bahan organik, diambil tanaman berupa C02.

2. Oksigen

Terdapat dalam bahan organik sebagai atom dan termasuk pembangunan bahan organik, diambil dari tanaman berupa C02, sumbernya tidak terbatas dan diperlukan untuk bernafas.

3. Hidrogen

Merupakan elemen pokok pembangunan bahan organik, sumbernya dari air dan jumlahnya tidak terbatas.

4. Nitrogen (N)

Diambil dan diserap oleh tanaman dalam bentuk : NO3- NH4+

Fungsi Nitrogen bagi tanaman adalah:
a. Diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian vegetatif tanaman, seperti daun, batang dan akar.

b. Berperan penting dalam hal pembentukan hijau daun yang berguna sekali dalam proses fotosintesis.

c. Membentuk protein, lemak dan berbagai persenyawaan organik.

d. Meningkatkan mutu tanaman penghasil daun-daunan.

e. Meningkatkan perkembangbiakan mikro-organisme di dalam tanah.

Adapun sumber Nitrogen adalah :
a. Terjadi halilintar di udara ternyata dapat menghasilkan zat Nitrat, yang kemudian di bawa air hujan meresap ke bumi.

b. Sisa-sisa tanaman dan bahan-bahan organis.

c. Mikrobia atau bakteri-bakteri.

d. Pupuk buatan (Urea, ZA dan lain-lain)

5. Fosfor

Diambil/diserap oleh tanaman dalam bentuk : H2PO4- HPO4–

Secara umum, fungsi dari Fosfor (P) dalam tanaman dapat dinyatakan sebagai berikut :
a. Merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih/tanaman muda.

b. Mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi tanaman dewasa dan menaikkan prosentase bunga menjadi buah/biji.

c. Membantu asimilasi dan pernafasan sekaligus mempercepat pembungaan dan pemasakan buah, biji atau gabah.

d. Sebagai bahan mentah untuk pembentukan sejumlah protein tertentu.

6. Kalium (K)

Diambil/diserap tanaman dalam bentuk : K+

Fungsi Kalium bagi tanaman adalah :
a. Membantu pembentukan protein dan karbohidrat.

b. Berperan memperkuat tubuh tanaman, mengeraskan jerami dan bagian kayu tanaman, agar daun, bunga dan buah tidak mudah gugur.

c. Meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan dan penyakit.

d. Meningkatkan mutu dari biji/buah.

Sumber-sumber Kalium adalah :
a. Beberapa jenis mineral.

b. Sisa-sisa tanaman dan lain-lain bahan organis.

c. Air irigasi serta larutan dalam tanah.

d. Pupuk Buatan (KCl, ZK dan lain-lain)

e. Abu tanaman misalnya: abu daun teh muda mengandung sekitar 50% K2O

7. Kalsium (Ca)

Diambil/diserap oleh tanaman dalam bentuk: Ca++

Fungsi kalsium bagi tanaman adalah:
a. Merangsang pembentukan bulu-bulu akar

b. Berperan dalam pembuatan protein atau bagian yang aktif dari tanaman

c. Memperkeras batang tanaman dan sekaligus merangsang pembentukan biji

d. Menetralisir asam-asam organik yang dihasilkan pada saat metabolisme

e. Kalsium yang terdapat dalam batang dan daun dapat menetralisirkan senyawa atau suasana keasaman tanah

8. Magnesium (Mg)

Diambil/diserap oleh tanaman dalam bentuk: Mg++

Fungsi magnesium bagi tanaman ialah:
a. Magnesium merupakan bagian tanaman dari klorofil

b. Merupakan salah satu bagian enzim yang disebut Organic pyrophosphatse dan Carboxy peptisida

c. Berperan dalam pembentukan buah

Sumber-sumber Magnesium adalah:
a. Batuan kapur (Dolomit Limestone) CaCO3MgCO3

b. Garam Epsom (Epsom salt) MgSO4.7H2O

c. Kleserit MgSO4.H2O

d. Magnesia MgO

e. Zat ini berasal dari air laut yang telah mengalami proses sedemikian:

Mg Cl2 + Ca(OH)2 ——– Mg (OH)2 + Ca Cl2

Mg (OH)2—-panas—— Mg O + H2O

f. Terpentin Mg3SiO2 (OH)4

g. Magnesit MgCO3

h. Karnalit MGCl2KCl. 6H2O

i. Basic slag

j. Kalium Magnesium Sulfat (Sulfat of Potash Magnesium)

9. Belerang (Sulfur = S)

Diambil/diserap oleh tanaman dalam bentuk: SO4-

Fungsi belerang bagi tanaman ialah:
a. Berperan dalam pembentukan bintil-bintil akar

b. Merupakan unsur yang penting dalam beberapa jenis protein dalam bentuk cystein, methionin serta thiamine

c. Membantu pertumbuhan anakan produktif

d. Merupakan bagian penting pada tanaman-tanaman penghasil minyak, sayuran seperti cabai, kubis dan lain-lain

e. Membantu pembentukan butir hijau daun

Sumber-sumber belerang adalah:
a. Sisa-sisa tanaman dan lain-lain bahan organis

b. Bahan ikutan dari pupuk anorganik (buatan) seperti pupuk ZA dan pupuk Superfosfat

10. Besi (Fe)

Diambil atau diserap oleh tanaman dalam bentuk: Fe++

Fungsi unsur hara besi (Fe) bagi tanaman ialah:
a. Zat besi penting bagi pembentukan hijau daun (klorofil)

b. Berperan penting dalam pembentukan karbohidrat, lemak dan protein

c. Zat besi terdapat dalam enzim Catalase, Peroksidase, Prinodic hidroginase dan Cytohrom oxidase

Sumber-sumber besi adalah:
a. Batuan mineral Khlorite dan Biotit

b. Sisa-sisa tanaman dan lain-lain bahan organis

11. Mangan (Mn)

Diambil/diserap oleh tanaman dalam bentuk: Mn++

Fungsi unsur hara Mangan (Mn) bagi tanaman ialah:
a. Diperlukan oleh tanaman untuk pembentukan protein dan vitamin terutama vitamin C

b. Berperan penting dalam mempertahankan kondisi hijau daun pada daun yang tua

c. Berperan sebagai enzim feroksidase dan sebagai aktifator macam-macam enzim

d. Berperan sebagai komponen penting untuk lancarnya proses asimilasi

Sumber-sumber Mangan adalah:
a. Batuan mineral Pyroluste Mn O2

b. Batuan mineral Rhodonite Mn SiO3

c. Batuan mineral Rhodochrosit Mn CO3

d. Sisa-sisa tanaman dan lain-lain bahan organis

12. Tembaga (Cu)

Diambil/diserap oleh tanaman dalam bentuk: Cu++

Fungsi unsur hara Tembaga (Cu) bagi tanaman ialah:
a. Diperlukan dalam pembentukan enzim seperti: Ascorbic acid oxydase, Lacosa, Butirid Coenzim A. dehidrosenam

b. Berperan penting dalam pembentukan hijau daun (khlorofil)

13. Seng (Zincum = Zn)

Diambil/diserap oleh tanaman dalam bentuk: Zn++

Fungsi unsur hara Seng (Zn) bagi tanaman ialah:
a. Dalam jumlah yang sangat sedikit dapat berperan dalam mendorong perkembangan pertumbuhan

b. Diperkirakan persenyawaan Zn berfungsi dalam pembentukan hormon tumbuh (auxin) dan penting bagi keseimbangan fisiologis

c. Berperan dalam pertumbuhan vegetatif dan pertumbuhan biji/buah

Seng dalam tanah terdapat dalam bentuk:
1. Sulfida Zn S

2. Calamine Zn CO3

14. Molibdenum (Mo)

Diambil/diserap oleh tanaman dalam bentuk: Mo O4-

Fungsi unsur hara Molibdenum (Mo) bagi tanaman ialah:
a. Berperan dalam mengikat (fiksasi) N oleh mikroba pada leguminosa

b. Sebagai katalisator dalam mereduksi N

c. Berguna bagi tanaman jeruk dan sayuran

Molibdenum dalam tanah terdapat dalam bentuk Mo S2

15. Boron (Bo)

Diambil/diserap oleh tanaman dalam bentuk: Bo O3-

Fungsi unsur hara Boron (Bo) bagi tanaman ialah:
a. Bertugas sebagai transportasi karbohidrat dalam tubuh tanaman

b. Meningkatkan mutu tanaman sayuran dan buah-buahan

c. Berperan dalam pembentukan/pembiakan sel terutama dalam titik tumbuh pucuk, juga dalam pembentukan tepung sari, bunga dan akar

d. Boron berhubungan erat dengan metabolisme Kalium (K) dan Kalsium (Ca)

e. Unsur hara Bo dapat memperbanyak cabang-cabang nodule untuk memberikan banyak bakteri dan mencegah bakteri parasit

Boron (Bo) dalam tanah terdapat dalam bentuk:
a. Datolix Ca (OH)2 BoSiO4

b. Borax Na2 Bo4 O2. 10H2O

16. Khlor (Cl)

Diambil/diserap oleh tanaman dalam bentuk: Cl -

Fungsi unsur hara Khlor (Cl) bagi tanaman ialah:
a. Memperbaiki dan meninggikan hasil kering dari tanaman seperti: tembakau, kapas, kentang dan tanaman sayuran

b. Banyak ditemukan dalam air sel semua bagian tanaman

c. Banyak terdapat pada tanaman yang mengandung serat seperti kapas, sisal

Disamping ke-16 unsur hara tersebut masih ada unsur-unsur lain yang berhubungan erat dengan tanaman yang akan diuraikan secara ringkas, yaitu:
1. Natrium (Na)
Natrium dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman apabila tanaman yang dimaksud menunjukkan gejala kekurangan Kalium (K).
Natrium dalam proses fisiologi dengan K, yaitu menghalangi atau mencegah pengambilan/penyerapan K yang berlebihan.
2. Silikum (Si)
Tanaman rumput-rumputan, seperti alang-alang dan padi ternyata banyak yang menyerap Si.
Dibandingkan dengan unsur hara N dan P, ternyata Si dalam tanaman lebih besar jumlahnya.
3. Nikel (Ni)
Unsur ini merupakan aktifator daripada enzim, dalam bentuknya yang kecil dapat mempercepat pertumbuhan tanaman.
4. Titan (Ti)
Unsur Titan selalu terdapat dalam tanaman, dan banyak terdapat pada nodula dan legum. Dengan pemberian Ti SO4 nodula akan bertambah sedangkan fiksasi menjadi lebih meningkat
5. Selenium
Jumlah yang berlebihan tidak menimbulkan kerusakan bagi tanaman, akan tetapi menimbulkan keracunan bagi binatang yang memakan tumbuhan tersebut.
6. Vanadium
Berfungsi mempercepat reproduksi azotobacter yang mengakibatkan meningkatnya fiksasi N dari udara.
7. Argon
Unsur Argon dibutuhkan tanaman untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangannya. Kelebihan unsur ini dapat menyebabkan keracunan pada tanaman. Keracunan akar oleh Argon banyak terdapat pada tanah persawahan.
8. Yodium
Unsur yodium walaupun keadaannya sedikit ternyata diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang sehat.
Sumber : http://pusri.wordpress.com/2007/10/01/khasiat-unsur-hara-bagi-tanaman/

TPP-ABG KUBIS, KUBIS BUNGA DAN BROCCOLI

Persiapan dan pengolahan lahan.
Lakukan pengolahan lahan dengan membersihkan dari sisa-sisa akar dan rumput-rumputan, dengan cara dicangkul sedalam 30 cm hingga lahan siap tanam. Selanjutnya buat bedengan dengan lebar (80-120) cm dan saluran air dengan lebar 20 cm, atau ditanam dengan sistem gulud, jarak tanaman 60 cm x 50 cm.



2. Pencegahan penyakit dan persemaian.
Penyakit utama penyebab kegagalan panen pada tanaman kubis adalah bengkak akar (puru akar). Untuk mencegah atau mengendalikan penyakit tersebut dapat dilakukan sejak dini, yaitu dengan menggunakan ABG-BIO (pengendalian secara biologis) pada persemaian. Caranya: Aktifkan (1–2) bungkus ABG-BIO dengan (10–20) kg media semai (tanah + pupuk kandang, dengan perbandingan 3:1 sampai 1:1), kemudian siram dengan air hingga lembab, simpan dalam bentuk gundukan dan tutup dengan karung bekas, biarkan selama (2-3) hari, kemudian sebar secara merata bersamaan dengan pupuk dasar. Atau larutkan 1 bungkus ABG-BIO + 0,5 kg dedak + 2 tutup ABG-D dalam 10 liter air, aduk secara merata, dan biarkan selama (2–4) jam. Kemudian siramkan pada media persemaian di atas (1–2) hari sebelum penebaran benih. Untuk mengurangi kematian dan menghindari stress, benih sebaiknya disemaikan dalam kokeran dari daun pisang berisi sekitar (50–75) gram media tanam. Benih ditempatkan kedalam lubang sekitar 0,5 cm. Setelah bibit berumur 2 minggu dilakukan pindah tanam ke lapangan
3. Pemupukan.
a. Pupuk dasar. Pupuk yang digunakan, untuk lahan seluas 1 ha, adalah campuran (1–5) ton pupuk kandang + 100 kg ABG-Bios + (10-20) kg campuran media semai dan ABG-BIO yang telah diaktifkan (seperti tersebut di atas). Sebarkan campuran pupuk ini pada bedengan atau diberikan dalam lubang tanam sekitar (1–3) hari sebelum tanam. Setelah penanaman, berikan campuran (100–200) kg ABG-Bios + 100 kg Urea + 50 kg SP-36 + 50 kg KCl, atau sekitar (15–20) gram/tanaman. Pupuk ditempatkan dalam lubang tugal dengan kedalaman 5 cm, berjarak sekitar 10 cm dari tanaman.
b. Pupuk susulan. Sebagai pupuk susulan gunakan campuran 100 kg Urea + 50 kg SP-36 + 100 kg KCl + (100–150) kg ABG-Bios, atau sekitar (15 –20) gram/tanaman, diberikan pada 30 HST, atau campuran 200 kg pupuk majemuk NPK (dengan formula 12-12-17) + (100–200) kg ABG-Bios. Pupuk ditempatkan di sekeliling tanaman, dan selanjutnya dilakukan pembumbunan.
d. Pupuk ABG. Pemberian pupuk ABG-D, dengan konsentrasi (2-3) cc/liter air, dilakukan pada 15 HST, 25 HST, 35 HST, dengan cara disemprotkan pada tanaman secara merata. Sedangkan ABG-B, dengan konsentrasi (2-3) cc/liter air, diberikan pada 45 HST, 55 HST dan 65 HST. Untuk mencegah bengkak akar dilakukan pemberian ABG-BIO setiap 2 minggu. Caranya: Larutkan (1–2) bungkus ABG-BIO + 1 kg dedak + 2 kg ABG-Bios + (5–10) tutup ABG-B, dalam (50-100) liter air, aduk secara merata, dan biarkan selama (2-4) jam. Kemudian siramkan sebanyak (25–50) cc/tanaman pada perakaran tanaman.
4. Pemeliharaan.
Pemeliharaan meliputi penyiangan dan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT).
• Penyiangan (weeding) dilakukan (2–3) kali dengan menyingkirkan gulma di sekitar daerah perakaran.
• Pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) dapat dilakukan dengan menggunakan pestisida sesuai dengan yang dianjurkan untuk mengendalikan serangan hama dan penyakit dan dengan menjaga agar pemberian air terjaga.
5. Panen.
• Panen pada tanaman kubis antara (90-120) HST tergantung varietas tanaman.
• Secara fisik tanaman kubis sudah dapat dipanen, jika krop-nya besar dan padat penuh.
• Pemungutan tidak boleh terlambat, karena krop-nya akan mudah rusak dan busuk .