Jumat, 22 Februari 2008

Click gambar untuk info lebih detail

Meilfin Roza's eye balls were unwince when he saw a 2 m high nepenthes carrying 22 large pitchers. 'It is for me,' Melfin said. However, it was not easy for the man who is addicted to monkey jar since he was in college to get the idol. There was also a Malaysian competitor who was also enchanted by Nepenthes bicalcarata. After bargaining, the shipping service businessman got the heart devotee by spending Rp12-million.

It was for a reason why Meilfin was enamored by Nepenthes bicalcarata. The one which was found in Sanggau, West Kalimantan, has 22 leaves sized 65 cm x 12 cm. Each leaf carrying giant pitchers 25 cm tall. The pitcher diameter is up to 16 cm, equal to a glass circle. The nepenthes pitchers from lowland which are embelished by yellow, violet, and red colours is more interesting.

The nepenthes which has 2 canines behind the pitcher lid is actually not the biggest. There is nepenthes rajah which pitcher can reach 35 cm high and 14 cm diameter. The borneo endemic ketakung is sensible to be crowned as the biggest pitcher nepenthes. In addition, it has a pretty performance. The pitcher lip is big and curved as if a red shell. Its pitcher lid is big as if a dome. The inner part of the pitcher is yellow up to purple, the outer part is dark red or purple. It is obvious that highland entuyut which is also adaptive to 0-2.000 m above sea level elevation becomes the collectors' target.

Many varieties

When visiting MA Suska's nursery in Ciawi, Bogor, Trubus saw giant Nepenthes rafflesiana. When the length was measured it reached 30 cm long. The pitcher looks more dominant than the leaves which were only 16 cm.

In dr Purbo Djojokusumo's nursery, Ciawi, there is N. reinwardtiana with giant pitchers. The pitchers length is over a hand span. The shape is slender because the pitcher width is less than 3 cm. With 2 dots resembling eye ball on the inner part of the pitcher, the lowland kantong beruk is easily recognized. Nepenthes northiana on the garden is even much bigger. The 40 cm long and the 12 cm diameter pitchers mesmerize every ones' eyes.

Seeming to be unwanted to be inferior, N. truncata, N. adrianii, and N. jacqueline also perform jumbo pitchers. From Trubus track output, there are at least 8 giant pitcher nephenteses. They charm the kantong beruk devotees. (Lastioro Anmi Tambunan)



N. bicalcarata
Origin/ habitat Kalimantan, mossy swamp forest in Brunei, and Serawak
Height Creeping up to 20 m
pitcher length ? 25 cm
pitcher width ? 16 cm, the lower pitchers become small and narrow
pitcher lid heart shape 2,5-3,5 cm long and 4-5 cm wide
Leaves size 20-65 cm long and 6-12 cm wide
Distinctive feature Has 2 long thorns which sticks out of the lid base and has giant nectar gland
N. rajah
Origin/ habitat Kinabalu mountain, Kalimantan. Grow on the highland 1.650-2.700 m above sea level elevation
pitcher length 20-35 cm
pitcher width 11-14 cm
pitcher lid round egg shape 15-22 cm long and 11-16 cm wide
Leaves size 25-50 cm long and 10-15 cm wide
Distinctive feature The pitcher lid is wider than the red and purple pitcher lip
N. adrianii
Origin/ Habitat Java endemic and grow on the highland over 1.100 m above sea level elevation
pitcher length 20 cm
pitcher width 7 cm
pitcher lid 8 cm long and 3 cm wide
Distinctive feature One of the living epifit. Wide lip
N. truncata
Origin/ Habitat Mindanao island endemic, Philippine on 0-2.000 above the sea level height
pitcher length 30 cm
pitcher width 6 cm
pitcher lid Triangle shape 5 cm long and 2,5 cm wide
Distinctive feature Yield pitchers as if a short and thick monster. The lower pitchers cylindric shape with a small lid. A heart shape leaves.
N. reinwardtiana
Origin/ habitat Spreading in Sumatera, Bangka Belitung, Kalimantan, Malaysian peninsula (Pahang), Serawak, and Singapore. Grow on the lowland, 0-2.100 m above sea level elevation
Height ? 20 cm
pitcher length 5-15 cm
pitcher width 1/2 - 1/3 of pitcher long, wide and narrowing 1-2 cm upward
Leaves size 6-20 cm long and 2-4 cm wide
Distinctive feature Having eyes (spots) on the inner side of the pitcher, bright green pitcher
N. rafflesiana
Origin/ Habitat Found in Sumatera, Kalimantan, Peninsula Malaysia, and Singapore. Grow on 0-1.000 m above sea level elevation area.
Height Climbing up to 4 m
pitcher length 10-25 cm
pitcher width 3-7 cm
pitcher lip width 2,5 cm
pitcher lid Round egg shape with 6-11 cm long and 4-8 cm wide
Leaves size 16 cm long and 3-6 cm wide
Distinctive feature Varied colours from bright green and cream embellished by red or clear purple spots
N. northiana
Origin/ Habitat Borneo and Malaysia on the lowland, 0-500 m above sea level
pitcher size Funnel shaped with 40 cm long and 12 cm diameter
Leaves size 15-25 cm long and 3-10 cm wide
pitcher lid tapering shaped sized 2-10 cm. Sharp end and round bottom
Distinctive feature The pitcher colour is the combination of green and white with bright red spots
N. jacqueline
Origin/ Habitat Sumatera and grow on the highland, 1.700-2.200 m above sea level
pitcher length 15 cm
Width 10 cm
Distinctive feature Round shaped, and compact resembling a short water jar

Trubus 441, 22-23

Bakteri Jadi Pestisida Aman

Ini politik devide et impera yang dilakukan Ir Euis Suryaningsih MS. Periset Balai Penelitian Tanaman Sayuran itu mengadu domba makhluk mini seperti Bacillus subtilis dengan bakteri Colletotrichum gloeosporoides penyebab penyakit antraknosa pada cabai. Mereka bertarung dan Bacillus subtilis selalu menang.

Apa rahasia kemenangan itu? Anggota famili Bacillaceae itu mempunyai senyawa toksin bernama bacillin. Toksin itu tokcer menghambat perkembangan bakteri patogen. Menurut Charles L. Baugh, periset Merck Institute for Theurapeutic Research, Pennsylvania, Amerika Serikat, bacillin juga mampu mendongkrak resistensi tanaman. Dampaknya sistem kekebalan tanaman pun meningkat.

Euis, alumnus Biologi Universitas Padjadjaran Bandung, meriset bakteri sebagai pestisida selama hampir 2 tahun sejak awal 2006. Mula-mula Euis mengambil isolat bakteri Bacillus subtilis dari daun cabai muda. 'Sebaiknya bakteri diambil dari tanaman yang akan diberi perlakuan,' katanya. Tujuannya agar tidak terjadi resistensi. Sistem metabolisme daun muda masih sangat aktif, jadi lebih banyak bakteri yang ditemukan. 'Kemungkinan dia juga memperbanyak diri di sana,' katanya.

Ambil spora

Setelah memperoleh isolat bakteri, Euis mengupayakan bakteri berkembang biak. Caranya dengan menciptakan suasana lingkungan kering. Kelembapan ruangan diatur sampai titik terendah sehingga bakteri menghasilkan spora. Bila lingkungan tidak menguntungkan, beberapa jenis bakteri termasuk bacillus akan mempertahan diri dengan membentuk spora. 'Spora itulah yang saya panen,' kata Euis.

Spora itu awet selama 2 tahun. Namun, bila disimpan di lemari pendingin, daya tahan spora lebih lama, mencapai puluhan tahun. Dalam bentuk spora, bakteri akan dorman. Spora itu selanjutnya digunakan oleh Euis untuk memperbanyak jumlah bakteri.

Untuk merangsang bakteri memperbanyak diri lagi, cukup meningkatkan kelembapan udara ruangan tempat isolasi bakteri, sampai lebih dari 90%. Saat itu, kondisi lingkungan sesuai dengan kebutuhan bakteri. Masa dormansi pun usai. Spora tidak terbentuk lagi dan bakteri pun bisa kembali memperbanyak diri. Nah, saat memperbanyak diri itulah bakteri mengeluarkan senyawa toksin. Senyawa itu dikeluarkan oleh hampir seluruh bagian tubuhnya dan akan digunakan untuk melawan bakteri patogen pada tanaman.

Caranya dengan mengambil isolasi bakteri yang sudah dibuat serbuk. Selanjutnya dilarutkan dalam air, dengan dosis 0,1%. Larutan itu disemprotkan pada tanaman seminggu sekali. Pestisida Bacillus subtilis bekerja secara sistemik. Ia menghambat pertumbuhan patogen dengan masuk melalui sistem metabolisme tanaman lalu pelan-pelan mencegah patogen berkembang biak. 'Cara kerjanya mirip antibiotik, dosisnya kecil, tapi dilakukan terus-menerus,' kata perempuan 59 tahun itu.

Dalam metabolisme tanaman, biopestisida itu menghambat perkembangbiakan bakteri atau cendawan patogen. Akibatnya, patogen tidak bisa memperbanyak diri sehingga penyakit yang ditimbulkan pun bisa dihambat. Temuan biopestisida itu jelas kabar menggembirakan bagi para pekebun sayuran. Maklum, selama ini pekebun mengandalkan pestisida kimiawi yang mengancam kesehatan konsumen dan memicu resurjensi hama.

Pekebun bawang merah, umpamanya, kerap waswas akibat serangan layu fusarium. Penyakit yang disebabkan oleh Fusarium oxysporum itu terbukti dapat diatasi dengan merendam benih bawang merah dalam 0,1% larutan Bacillus subtilis selama 30 menit. Hasilnya bawang merah bebas serangan fusarium. Untuk perawatan berikutnya, cukup semprotkan pestisida alami itu dengan dosis sama, seminggu sekali.

Produksi tinggi

Hasil penelitian Euis Suryaningsih membuktikan, 'Beberapa penyakit akibat cendawan patogen bisa diatasi,' katanya. Itu juga dibuktikan pada tanaman sayuran lain seperti bawang merah, cabai, pecai, dan seledri. Hasil penggunaan pestisida Bacillus subtilis sangat terlihat mencolok. Yang menggembirakan, penggunaan Bacillus subtilis ternyata meningkatkan produksi. Dalam uji coba penanaman bawang merah di Rancaekek, Bandung, Euis menuai 300 kg umbi lapis dari lahan 1.000 m2.

Itu berarti 3 kali lipat lebih banyak dibandingkan tanaman yang tidak disemprot bakteri. Menurut Clarence L Baugh, makhluk berukuran 4 mikron itu mengandung fitohormon seperti auksin, sitokinin, etilen, giberelin, dan asam absisat yang mampu merangsang pertumbuhan tanaman. Selain itu, ia juga memasok nutrisi esensial seperti nitrogen, fosfor, kalsium, dan magnesium yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Bahkan bakteri mampu melarutkan mangan pada MnO2 menjadi Mn+2. Mangan dalam bentuk kation itu sudah siap diserap oleh tanaman dan merangsang pertumbuhan tanaman.

Peran ganda pestisida sekaligus pupuk itu bukan hanya monopoli bakteri Bacillus subtilis. Cendawan Trichoderma lactae mampu menghambat pertumbuhan patogen dalam tanah seperti Pseudomonas solanacearum penyebab penyakit layu pada kentang dan Rhizoctonia solani penyebab busuk akar pada kentang. Jika Bacillus subtilis tersebar di mana-mana, trichoderma hanya ditemukan dalam tanah. Ia juga mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman dengan memaksimalkan kerja mikroba dalam rhizosfer tanah-bagian di sekitar akar tanaman.

Menurut Dr Tualar Simarmata, ahli mikrobiologi tanah Universitas Padjadjaran, penggunaan bakteri dan cendawan sebagai biopestisida harus dilakukan secara hati-hati. 'Salah-salah bisa jadi senjata makan tuan,' kata Tualar. Maksudnya, niat hati ingin menjadikan bakteri dan cendawan menjadi senjata alami, tapi karena tidak terkontrol malah menyebabkan penyakit. Menurut Tualar pada prinsipnya setiap mikroba dapat menjadi patogen. 'Tidak ada yang menjamin bakteri atau cendawan itu selamanya baik,' kata doktor alumnus Universitas Liebig, Jerman, itu.

Penggunaan agen hayati juga tidak bisa disamakan dengan pestisida kimia. Pada pestisida kimia konsentrasi sudah teruji. Sedangkan penggunaan agen hayati masih mengandalkan hukum keseimbangan alam. Hasilnya pun bervariasi. 'Kondisi lingkungan tidak ada yang sama, maka efektivitasnya pun tidak akan pernah sama,' ujar Tualar. Itulah ciri khas penggunaan agen hayati sebagai musuh alami patogen.

Selain itu, dalam penggunaannya, agen hayati harus dipastikan hidup saat inokulasi dan mampu memperbanyak diri ketika diaplikasikan pada tanaman. 'Kalau tidak bisa hidup kan artinya sia-sia saja. Jangankan untuk mengendalikan penyakit, hidup saja susah,' katanya. (source : Lani Marliani/Peliput: Argohartono Arie Raharjo untuk Trubus-Online.com)

Pesona Supernova Jogjakarta: Tongkol Dihargai Rp. 2M

Tanaman itu menjulang setinggi 2 meter. Panjang daunnya 120-130cm dan lebar 90 cm. Susunan daunnya bagus, kompak, dan melambai, kian memperindah penampilannya. Dia adalah anthurium supernova kebanggaan wong Jogjakarta yang tongkolnya saja dihargai Rp 2 M.

Demam anthurium merajalela di Tanah Air. Harganya pun menjulang tinggi menyamai harga rumah penyanyi dangdut ternama, Inul Daratista, di perumahan Pondok Indah Jakarta Selatan, yang mencapai Rp 2 M.

Fenomena ini tentu cukup menarik bagi industri tanaman hias, mulai dari penghobi, kolektor, dan tentunya penjual. Padahal dulunya anthurium merupakan tanaman yang tumbuh di hutan-hutan tropis yang teduh. Namun karena kemolekan daunnya, si raja daun inipun beralih jadi hiasan yang indah di rumah. Bahkan dari beberapa jenis anthurium, seperti jenmanii atau supernova dipastikan sebagai jenis anthurium yang jarang dan langka, sehingga dengan memilikinya, jadi kebanggaan tersendiri.

Wajar kalau harga anthurium menjulang tinggi, sehingga pasar banyak yang membidik tanaman daun ini. Dengan syarat sudah memiliki indukan yang akan dijual dalam bentuk biji maupun bibit, pebisnis tanaman hias dipastikan bisa menjual koleksi langkanya dengan harga tinggi.

Makin hebat indukan yang Anda miliki, maka dipastikan harga jual anakan akan jauh lebih mahal, seperti Yoe Kok Siong dari Kaliurang Garden Centre Jogjakarta, yang memiliki indukan supernova berusia 15 tahun ini. Indukan yang khusus didatangkan dari Amerika Latin ini memang diharapkan bisa memberikan turunan berkualitas untuk penghobi anthurium.


Yo, sapaan akrab Yoe Kok Siong, mengatakan saat ini memang supernova merupakan jenis anthurium termahal yang pernah ia miliki, karena jenis ini termasuk jarang dan langka ditemukan di Tanah Air. Untuk memilikinya saja, ia harus mendatangkannya dari dataran Eropa.

Supernova miliknya itu baru dalam tahap pembuahan dan belum memiliki turunan sejak datang pada satu tahun yang lalu. Memang dirinnya fokus untuk program penyesuaian iklim dulu sebelum dilakukan penyerbukan untuk bibit, sebab bila dipaksakan bisa saia keluar biji, namun kualitasnya bisa saja - tidak bagus.

Beda bila sudah tumbuh dengan baik. otomatis biji yang dihasilkan juga berkualitas, imbuh Yo.

Supernova milik Yo memang tumbuh sehat. Itu dilihat dari kondisi daun yang tumbuh segar, serta warna hijau yang cerah. Tinggi tanaman sendiri cukup mengagumkan. ia bisa tumbuh lebih dari 2 meter. Selain itu. lebar daun bisa mencapai 90 cm, dengan tulang daun yang sangat tegas menonjol.
Batang daunnya sendiri mempunyai ukuran yang besar, sehingga secara keseluruhan terlihat gagah.

Wajar bila tanaman ini konon menjadi kegemaran para raja, karena menunjukkan kesan jantan dan gagah. Supernova sendiri saat ini menjadi satu jenis jenmanii yang sedang di-'uber-uber' kolektor dan juga pebisnis, dengan harapan bisa menjualnya kembali. Apalagi jenis ini masih sangat langka di pasaran dan tentunya akan jadi koleks ekslusif apabila bisa memilikinya.

Menurut Yo, demam supernova seperti saat ini sempat dialami juga oleh jenmani cobra yang sekarang pun masih mempunyai nilai cukup tinggi. Namun sebagai ilustrasi, ternyata harga jual supernova bisa mencapai empat kali lipat dari harga cobra.

Meski biji supernova miliknya baru bisa dipasarkan tiga bulan ke depan, namun dari sekarang diakui sudah ada peminat yang memesannya. Harga jual yang diberikan untuk setiap biji pada tongkol supernova tak tanggung-tanggung, yaitu Rp 1 juta. Harga yang diberikan tentu cukup mengejutkan, namun di tangan kolektor, harga seperti itu bukan lagi jadi masalah. Harga per-biji Rp 1 juta itu, wajar bila ada salah seorang kolektor yang menawar satu tongkol supernova Rp 100 juta, Yo tidak memberikannya. Pasalnya, dari satu tongkol bisa menghasilkan 2000-3000 biji. Jadi, rupiah yang dihasilkan jelas lebih banyak bila menjual secara eceran. Bahkan kalau dikalkulasi bisa mencapai Rp 2 M per-tongkolnya.

Untuk Jenis jenmanii, terutama supernova bisa mengeluarkan tongkol untuk ber-reproduksi rata-rata usia yang dimiliki antara 7-8 tahun. Jadi untuk melakukan investasi, supernova cukup lama, sehingga akan lebih mudah untuk mendatangkan indukan dari luar negeri. Namun biaya yang dikeluarkan dipastikan cukup besar dan membutuhkan kejelian untuk melihat kualitas tanaman.

Masuk dalam dunia tanaman hias sejak 10 tahun lalu, membuat Yo cukup paham pergeseran tren tanaman hias, seperti mendatangkan supernova satu tahun yang lalu ini. Namun bagi penghobi yang ingin mendapatkan bibit dari supernova, Yoe Kok Siong harus menunggu tiga bulan lagi, sebab saat ini tongkol sedang dalam pertumbuhan biji (wo2k)

Sumber: www.kebonkembang.com

Don't Be Wrong in Choosing Ketakung

Sadness was upon Sofjan Moeis' face, hobbyist of nepenthes in Pondokindah, South Jakarta. His collection, 3 pots of kantong semar-term for nepenthes in Java, dried up and died. Due to curiosity, the father of 4 children looked for information everywhere. He even surfed through the internet. After he had investigated, the alumnus of a hotel academy in Munich, Germany, realized that he had wrongly chosen the variety of nepenthes. Sofjan bought N. ventricosa which is a highland species. Obviously, ketakung-term for nepenthes in Kalimantan-refuses to live in Jakarta.

The same case is experienced by other hobbyists. Meilfin Roza's first kantong beruk which he got from Gunung Singgalang in West Sumatera only lived for 2 months. Fortunately, Meilfin is not wary to treat kantong semar. After several times trying, he finally arrived at a conclusion, 'If we live on the lowland, we should be better not try to keep highland nepenthes. The plant might live, but it will refuse to bear pitchers, and so the other way around,' said the man who collects Rp12-million N. bicalcarata of 2 m in height.

In general, kantong semar-term for nepenthes in Java-is categorized into 3; highland, midland, and lowland. The former grows at the height of 700 m above sea level. For examples are N. adrianii, N. adnata, and N. lowii. The midland variety which grows on the elevation between 300-700 m above sea level are N. papuana and N. pervillei. While N. thorelii and N. ampularia are the lowland variety which grow at 0-300 m above sea level.

Temperature

The habitat of ketakung which grows in the mountain is obviously different from the one which lives at the sea side. The temperature and humidity differences are like heaven and earth. The lowland and midland Nepenthes require temperature around 27-35°C in the afternoon and 21-27°C at night. On the other hand, the highland variety needs 21-29ºC in the afternoon and 12-18ºC at night. The plants which prefer heat and low humidity will not survive to be cultivated in the mountain. 'Even if it is alive, normally the pitchers will not come out or they will shrink,' said Ir Uhan Suhanta, a hobbyist of nepenthes in South Bandung. Just the other way, keeping highland ketakung in the lowland will be very difficult, unless by special treatments.

For example is N. gymnamphora from Gunung Slamet, Purwokerto, up on 3.432 m above sea level. It is included in the fussiest kantong semar variety. 'Its adaptability (on lowland, red) is not good enough,' said Adrian Yusuf Wartono, the chairman of Divisi Nepenthes Indonesia (the Indonesia Nepenthes Division) in Malang, East Java. Even if it is alive, the pitchers will not reach their maximum size. Therefore, for beginner hobbyist it is not suggested to treat N. gymnamphora unless they live over 500 m above the sea level. Other requirement is the air humidity should be more than 80%. Less than that, the pitchers will not be formed, the leaves will roll and dried up.

If you insist in keeping a mountain ketakung on lowland, you are suggested to change the environment. Malesiana Tropical, in Kuching, Serawak, treats N. alata which grows on 400-2.400 m above sea level in elevation in a coolhouse room. The temperature in that 1 HP air-conditioned room is 26°C in the afternoon.

Obviously it is easier to keep lowland nepenthes. N. campanulata, N. danseri, N. masoalensis, and N. rowanae are the example. Other option is by choosing nepenthes which has a high adaptability, such as N. hirsute and N. veitchi.

In Malesiana Tropical, N. sumaterana which comes from an elevation of 0-1.000 m above sea level is put in a common plastichouse. The plastichouse only needs to be furnished with shading net of 55% shade and plastic roof to prevent rain from falling into.

Variety

Out of 103 species of nepenthes listed, 61 varieties grow on highland. While the rest live on lowland and midland up to highland. The majority of kantong semar in Sumatera, Sabah, and Sarawak grow on mountain ranges. While in Kalimantan there are a lot more adaptive nepentheses that grow on midland to highland.

The above categorization for periuk monyet is based on the spreading in the world. However, it is not valid for nepenthes which have been cultivated. For example is N. anamensis. It used to be categorized as highland species by Borneo Exotics-a nursery in Srilanka. Now N. anamensis is crowned as lowland variety. The conversion of categorization is done due to a reason that ketakung can grow well on the lowland after being cultivated.

Now then, it is time for you to choose the right nepenthes, so that you will not experience what happened to Sofjan. (Rosy Nur Apriyanti/ Reporter: Lastioro Anmi Tambunan for Trubus-Online.com)

PERBEDAAN WARNA JEMANI GOLDEN

Spesies jemani golden di nusantara kita masih tergolong langka/sulit untuk dijumpai di pasaran. seperti layaknya jemani kobra, jemani jaipong, jemani mangkok dan spesies jemani langka lainnya. hal ini diakibatkan dari pengembangbiakan dari jenis tanaman anthurium khususnya kerabat jemani mengalami kendala bagaimana agar keturunan mereka sama persis dengan indukannya? padahal kita tahu pengembangbiakan melalui generatif dalam hal ini dengan penyerbukan bunga anthurium yang nantinya akan menghasilkan biji sebagai sarana penerus generasi, akan menghasilkan keturunan yang berbeda. apalagi indukan tadi merupakan hasil perkawinan silang dari jenis yang lain. menurut teori bahwa keturunan melalui biji akan menghasilkan bibitan yang sama dengan indukan hanya 3/4 dari keseluruhan. apalagi jika hasil perkawinan silang, pada penyilangan pertama akan menghasilkan keturunan dengan perbandingan 1:3:3:1 hal ini menunjukkan bahwa 1 bagian dari 8 bagian merupakan keturunan yang memiliki karakter sama persis dengan indukan dan 1 bagian yang lain dari karakter indukan yang lain.6 bagian sisanya akan memiliki karakter diantara keduanya (perpaduan 2 karakter yang dibawa dari kedua indukan)

saat ini saya akan menunjukkan perbedaan warna dari jemani golden dengan jemani lain yang berwarna biasa.



warna cincin dari stang tangkai jemani golden cenderung berwarna kuning





warna cincin dari stang tangkai jemani giant cenderung berwarna putih.

source http://anthurium-house.blogspot.com/
spesies jemani golden di nusantara kita masih tergolong langka/sulit untuk dijumpai di pasaran. seperti layaknya jemani kobra, jemani jaipong, jemani mangkok dan spesies jemani langka lainnya. hal ini diakibatkan dari pengembangbiakan dari jenis tanaman anthurium khususnya kerabat jemani mengalami kendala bagaimana agar keturunan mereka sama persis dengan indukannya?

Baca selengkapnya di http://anthurium-house.blogspot.com/2007/11/perbedaan-warna-jemani-golden.html#links

Selasa, 19 Februari 2008

Apa Itu Pertanian Organik?

Seringkali kita mendengar keluhan petani Indonesia bahwa hasil panen turun, dan biaya yang dikeluarkan tidak sebanding dengan penghasilannya. Ada apa sebenarnya? Bukankah Indonesia merupakan Negara agraris?

Ketergantungan pada penggunaan pupuk dan obat-obat kimia yang semakin mahal yang menyebabkan biaya produksi semakin meningkat.

Pada awalnya memang sangat menggembirakan, penggunaan obat-obat kimia menjadikan hasil produksi meningkat secara drastis. Akan tetapi lama-kelamaan zat kimia inilah yang merusak struktur tanah dan tidak ada lagi mikroorganisme yang hidup di dalamnya yang sebenarnya sangat membantu mempertahankan keseimbangan struktur tanah secara alami.

Lalu, Solusinya? Back To Organic adalah jawabannya. Pertanian Organik adalah suatu sistem pertanian yang menyelaraskan antara alam dan pengolahan yang berkesinambungan. Salah satunya dengan tidak menggunakan pestisida dan obat-obat kimia lainnya.

Pertanian Organik tidak memerlukan pupuk sintesis karena petani menggunakan pupuk kompos hasil olahan kotoran hewan dan sampah dedaunan.

Dengan kata lain pertanian organik merupakan system manajemen produksi terpadu yang menghidari penggunaan pupuk buatan, pestisida, dan bahan-bahan sintesis lainnya

Prospek Pertanian Organik di Indonesia

Memasuki abad 21, masyarakat dunia mulai sadar bahaya yang ditimbulkan oleh pemakaian bahan kimia sintetis dalam pertanian. Orang semakin arif dalam memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Gaya hidup sehat dengan slogan �Back to Nature� telah menjadi trend baru meninggalkan pola hidup lama yang menggunakan bahan kimia non alami, seperti pupuk, pestisida kimia sintetis dan hormon tumbuh dalam produksi pertanian. Pangan yang sehat dan bergizi tinggi dapat diproduksi dengan metode baru yang dikenal dengan pertanian organik.

Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis. Tujuan utama pertanian organik adalah menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan. Gaya hidup sehat demikian telah melembaga secara internasional yang mensyaratkan jaminan bahwa produk pertanian harus beratribut aman dikonsumsi (food safety attributes), kandungan nutrisi tinggi (nutritional attributes) dan ramah lingkungan (eco-labelling attributes). Preferensi konsumen seperti ini menyebabkan permintaan produk pertanian organik dunia meningkat pesat.

Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya hayati tropika yang unik, kelimpahan sinar matahari, air dan tanah, serta budaya masyarakat yang menghormati alam, potensi pertanian organik sangat besar. Pasar produk pertanian organik dunia meningkat 20% per tahun, oleh karena itu pengembangan budidaya pertanian organik perlu diprioritaskan pada tanaman bernilai ekonomis tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor.

Peluang Pertanian Organik di Indonesia

Luas lahan yang tersedia untuk pertanian organik di Indonesia sangat besar. Dari 75,5 juta ha lahan yang dapat digunakan untuk usaha pertanian, baru sekitar 25,7 juta ha yang telah diolah untuk sawah dan perkebunan (BPS, 2000). Pertanian organik menuntut agar lahan yang digunakan tidak atau belum tercemar oleh bahan kimia dan mempunyai aksesibilitas yang baik. Kualitas dan luasan menjadi pertimbangan dalam pemilihan lahan. Lahan yang belum tercemar adalah lahan yang belum diusahakan, tetapi secara umum lahan demikian kurang subur. Lahan yang subur umumnya telah diusahakan secara intensif dengan menggunakan bahan pupuk dan pestisida kimia. Menggunakan lahan seperti ini memerlukan masa konversi cukup lama, yaitu sekitar 2 tahun.

Volume produk pertanian organik mencapai 5-7% dari total produk pertanian yang diperdagangkan di pasar internasional. Sebagian besar disuplay oleh negara-negara maju seperti Australia, Amerika dan Eropa. Di Asia, pasar produk pertanian organik lebih banyak didominasi oleh negara-negara timur jauh seperti Jepang, Taiwan dan Korea.

Potensi pasar produk pertanian organik di dalam negeri sangat kecil, hanya terbatas pada masyarakat menengah ke atas. Berbagai kendala yang dihadapi antara lain: 1) belum ada insentif harga yang memadai untuk produsen produk pertanian organik, 2) perlu investasi mahal pada awal pengembangan karena harus memilih lahan yang benar-benar steril dari bahan agrokimia, 3) belum ada kepastian pasar, sehingga petani enggan memproduksi komoditas tersebut.

Areal tanam pertanian organik, Australia dan Oceania mempunyai lahan terluas yaitu sekitar 7,7 juta ha. Eropa, Amerika Latin dan Amerika Utara masing-masing sekitar 4,2 juta; 3,7 juta dan 1,3 juta hektar. Areal tanam komoditas pertanian organik di Asia dan Afrika masih relatif rendah yaitu sekitar 0,09 juta dan 0,06 juta hektar (Tabel 1). Sayuran, kopi dan teh mendominasi pasar produk pertanian organik internasional di samping produk peternakan.

Tabel 1. Areal tanam pertanian organik masing-masing wilayah di dunia, 2002

No. Wilayah Areal Tanam (juta ha)

1. Australia dan Oceania 7,70
2. Eropa 4,20
3. Amerika Latin 3,70
4. Amerika Utar 1,30
5. Asia 0,09
6. Afrika 0,06

Sumber: IFOAM, 2002; PC-TAS, 2002.

Indonesia memiliki potensi yang cukup besar untuk bersaing di pasar internasional walaupun secara bertahap. Hal ini karena berbagai keunggulan komparatif antara lain : 1) masih banyak sumberdaya lahan yang dapat dibuka untuk mengembangkan sistem pertanian organik, 2) teknologi untuk mendukung pertanian organik sudah cukup tersedia seperti pembuatan kompos, tanam tanpa olah tanah, pestisida hayati dan lain-lain.

Pengembangan selanjutnya pertanian organik di Indonesia harus ditujukan untuk memenuhi permintaan pasar global. Oleh sebab itu komoditas-komoditas eksotik seperti sayuran dan perkebunan seperti kopi dan teh yang memiliki potensi ekspor cukup cerah perlu segera dikembangkan. Produk kopi misalnya, Indonesia merupakan pengekspor terbesar kedua setelah Brasil, tetapi di pasar internasional kopi Indonesia tidak memiliki merek dagang.

Pengembangan pertanian organik di Indonesia belum memerlukan struktur kelembagaan baru, karena sistem ini hampir sama halnya dengan pertanian intensif seperti saat ini. Kelembagaan petani seperti kelompok tani, koperasi, asosiasi atau korporasi masih sangat relevan. Namun yang paling penting lembaga tani tersebut harus dapat memperkuat posisi tawar petani.

Pertanian Organik Modern

Beberapa tahun terakhir, pertanian organik modern masuk dalam sistem pertanian Indonesia secara sporadis dan kecil-kecilan. Pertanian organik modern berkembang memproduksi bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan sistem produksi yang ramah lingkungan. Tetapi secara umum konsep pertanian organik modern belum banyak dikenal dan masih banyak dipertanyakan. Penekanan sementara ini lebih kepada meninggalkan pemakaian pestisida sintetis. Dengan makin berkembangnya pengetahuan dan teknologi kesehatan, lingkungan hidup, mikrobiologi, kimia, molekuler biologi, biokimia dan lain-lain, pertanian organik terus berkembang.

Dalam sistem pertanian organik modern diperlukan standar mutu dan ini diberlakukan oleh negara-negara pengimpor dengan sangat ketat. Sering satu produk pertanian organik harus dikembalikan ke negara pengekspor termasuk ke Indonesia karena masih ditemukan kandungan residu pestisida maupun bahan kimia lainnya.

Banyaknya produk-produk yang mengklaim sebagai produk pertanian organik yang tidak disertifikasi membuat keraguan di pihak konsumen. Sertifikasi produk pertanian organik dapat dibagi menjadi dua kriteria yaitu:

a) Sertifikasi Lokal untuk pangsa pasar dalam negeri. Kegiatan pertanian ini masih mentoleransi penggunaan pupuk kimia sintetis dalam jumlah yang minimal atau Low External Input Sustainable Agriculture (LEISA), namun sudah sangat membatasi penggunaan pestisida sintetis. Pengendalian OPT dengan menggunakan biopestisida, varietas toleran, maupun agensia hayati. Tim untuk merumuskan sertifikasi nasional sudah dibentuk oleh Departemen Pertanian dengan melibatkan perguruan tinggi dan pihak-pihak lain yang terkait.

b) Sertifikasi Internasional untuk pangsa ekspor dan kalangan tertentu di dalam negeri, seperti misalnya sertifikasi yang dikeluarkan oleh SKAL ataupun IFOAM. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi antara lain masa konversi lahan, tempat penyimpanan produk organik, bibit, pupuk dan pestisida serta pengolahan hasilnya harus memenuhi persyaratan tertentu sebagai produk pertanian organik.

Beberapa komoditas prospektif yang dapat dikembangkan dengan sistem pertanian organik di Indonesia antara lain tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, tanaman rempah dan obat, serta peternakan, (Tabel 2). Menghadapi era perdagangan bebas pada tahun 2010 mendatang diharapkan pertanian organik Indonesia sudah dapat mengekspor produknya ke pasar internasional.

Tabel 2. Komoditas yang layak dikembangkan dengan sistem pertanian organik

No. Kategori Komoditi

1. Tanaman Pangan Padi
2. Hortikultura Sayuran: brokoli, kubis merah, petsai, caisin, cho putih, kubis tunas, bayam daun, labu siyam, oyong dan baligo. Buah: nangka, durian, salak, mangga, jeruk dan manggis.
3. Perkebunan Kelapa, pala, jambu mete, cengkeh, lada, vanili dan kopi.
4. Rempah dan obat Jahe, kunyit, temulawak, dan temu-temuan lainnya.
5. Peternakan Susu, telur dan daging

Khasiat Unsur Hara Bagi Tanaman

Tiap-tiap unsur hara mempunyai fungsi/khasiat tersendiri dan mempengaruhi proses-proses tertentu dalam perkembangan dan pertumbuhan tanaman.

Berikut ini uraian singkat fungsi/khasiat unsur hara bagi tanaman, yakni:


1. Karbon (C)

Penting sebagai pembangun bahan organik karena sebagian besar bahan kering tanaman terdiri dari bahan organik, diambil tanaman berupa C02.

2. Oksigen

Terdapat dalam bahan organik sebagai atom dan termasuk pembangunan bahan organik, diambil dari tanaman berupa C02, sumbernya tidak terbatas dan diperlukan untuk bernafas.

3. Hidrogen

Merupakan elemen pokok pembangunan bahan organik, sumbernya dari air dan jumlahnya tidak terbatas.

4. Nitrogen (N)

Diambil dan diserap oleh tanaman dalam bentuk : NO3- NH4+

Fungsi Nitrogen bagi tanaman adalah:
a. Diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian vegetatif tanaman, seperti daun, batang dan akar.

b. Berperan penting dalam hal pembentukan hijau daun yang berguna sekali dalam proses fotosintesis.

c. Membentuk protein, lemak dan berbagai persenyawaan organik.

d. Meningkatkan mutu tanaman penghasil daun-daunan.

e. Meningkatkan perkembangbiakan mikro-organisme di dalam tanah.

Adapun sumber Nitrogen adalah :
a. Terjadi halilintar di udara ternyata dapat menghasilkan zat Nitrat, yang kemudian di bawa air hujan meresap ke bumi.

b. Sisa-sisa tanaman dan bahan-bahan organis.

c. Mikrobia atau bakteri-bakteri.

d. Pupuk buatan (Urea, ZA dan lain-lain)

5. Fosfor

Diambil/diserap oleh tanaman dalam bentuk : H2PO4- HPO4–

Secara umum, fungsi dari Fosfor (P) dalam tanaman dapat dinyatakan sebagai berikut :
a. Merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih/tanaman muda.

b. Mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi tanaman dewasa dan menaikkan prosentase bunga menjadi buah/biji.

c. Membantu asimilasi dan pernafasan sekaligus mempercepat pembungaan dan pemasakan buah, biji atau gabah.

d. Sebagai bahan mentah untuk pembentukan sejumlah protein tertentu.

6. Kalium (K)

Diambil/diserap tanaman dalam bentuk : K+

Fungsi Kalium bagi tanaman adalah :
a. Membantu pembentukan protein dan karbohidrat.

b. Berperan memperkuat tubuh tanaman, mengeraskan jerami dan bagian kayu tanaman, agar daun, bunga dan buah tidak mudah gugur.

c. Meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan dan penyakit.

d. Meningkatkan mutu dari biji/buah.

Sumber-sumber Kalium adalah :
a. Beberapa jenis mineral.

b. Sisa-sisa tanaman dan lain-lain bahan organis.

c. Air irigasi serta larutan dalam tanah.

d. Pupuk Buatan (KCl, ZK dan lain-lain)

e. Abu tanaman misalnya: abu daun teh muda mengandung sekitar 50% K2O

7. Kalsium (Ca)

Diambil/diserap oleh tanaman dalam bentuk: Ca++

Fungsi kalsium bagi tanaman adalah:
a. Merangsang pembentukan bulu-bulu akar

b. Berperan dalam pembuatan protein atau bagian yang aktif dari tanaman

c. Memperkeras batang tanaman dan sekaligus merangsang pembentukan biji

d. Menetralisir asam-asam organik yang dihasilkan pada saat metabolisme

e. Kalsium yang terdapat dalam batang dan daun dapat menetralisirkan senyawa atau suasana keasaman tanah

8. Magnesium (Mg)

Diambil/diserap oleh tanaman dalam bentuk: Mg++

Fungsi magnesium bagi tanaman ialah:
a. Magnesium merupakan bagian tanaman dari klorofil

b. Merupakan salah satu bagian enzim yang disebut Organic pyrophosphatse dan Carboxy peptisida

c. Berperan dalam pembentukan buah

Sumber-sumber Magnesium adalah:
a. Batuan kapur (Dolomit Limestone) CaCO3MgCO3

b. Garam Epsom (Epsom salt) MgSO4.7H2O

c. Kleserit MgSO4.H2O

d. Magnesia MgO

e. Zat ini berasal dari air laut yang telah mengalami proses sedemikian:

Mg Cl2 + Ca(OH)2 ——– Mg (OH)2 + Ca Cl2

Mg (OH)2—-panas—— Mg O + H2O

f. Terpentin Mg3SiO2 (OH)4

g. Magnesit MgCO3

h. Karnalit MGCl2KCl. 6H2O

i. Basic slag

j. Kalium Magnesium Sulfat (Sulfat of Potash Magnesium)

9. Belerang (Sulfur = S)

Diambil/diserap oleh tanaman dalam bentuk: SO4-

Fungsi belerang bagi tanaman ialah:
a. Berperan dalam pembentukan bintil-bintil akar

b. Merupakan unsur yang penting dalam beberapa jenis protein dalam bentuk cystein, methionin serta thiamine

c. Membantu pertumbuhan anakan produktif

d. Merupakan bagian penting pada tanaman-tanaman penghasil minyak, sayuran seperti cabai, kubis dan lain-lain

e. Membantu pembentukan butir hijau daun

Sumber-sumber belerang adalah:
a. Sisa-sisa tanaman dan lain-lain bahan organis

b. Bahan ikutan dari pupuk anorganik (buatan) seperti pupuk ZA dan pupuk Superfosfat

10. Besi (Fe)

Diambil atau diserap oleh tanaman dalam bentuk: Fe++

Fungsi unsur hara besi (Fe) bagi tanaman ialah:
a. Zat besi penting bagi pembentukan hijau daun (klorofil)

b. Berperan penting dalam pembentukan karbohidrat, lemak dan protein

c. Zat besi terdapat dalam enzim Catalase, Peroksidase, Prinodic hidroginase dan Cytohrom oxidase

Sumber-sumber besi adalah:
a. Batuan mineral Khlorite dan Biotit

b. Sisa-sisa tanaman dan lain-lain bahan organis

11. Mangan (Mn)

Diambil/diserap oleh tanaman dalam bentuk: Mn++

Fungsi unsur hara Mangan (Mn) bagi tanaman ialah:
a. Diperlukan oleh tanaman untuk pembentukan protein dan vitamin terutama vitamin C

b. Berperan penting dalam mempertahankan kondisi hijau daun pada daun yang tua

c. Berperan sebagai enzim feroksidase dan sebagai aktifator macam-macam enzim

d. Berperan sebagai komponen penting untuk lancarnya proses asimilasi

Sumber-sumber Mangan adalah:
a. Batuan mineral Pyroluste Mn O2

b. Batuan mineral Rhodonite Mn SiO3

c. Batuan mineral Rhodochrosit Mn CO3

d. Sisa-sisa tanaman dan lain-lain bahan organis

12. Tembaga (Cu)

Diambil/diserap oleh tanaman dalam bentuk: Cu++

Fungsi unsur hara Tembaga (Cu) bagi tanaman ialah:
a. Diperlukan dalam pembentukan enzim seperti: Ascorbic acid oxydase, Lacosa, Butirid Coenzim A. dehidrosenam

b. Berperan penting dalam pembentukan hijau daun (khlorofil)

13. Seng (Zincum = Zn)

Diambil/diserap oleh tanaman dalam bentuk: Zn++

Fungsi unsur hara Seng (Zn) bagi tanaman ialah:
a. Dalam jumlah yang sangat sedikit dapat berperan dalam mendorong perkembangan pertumbuhan

b. Diperkirakan persenyawaan Zn berfungsi dalam pembentukan hormon tumbuh (auxin) dan penting bagi keseimbangan fisiologis

c. Berperan dalam pertumbuhan vegetatif dan pertumbuhan biji/buah

Seng dalam tanah terdapat dalam bentuk:
1. Sulfida Zn S

2. Calamine Zn CO3

14. Molibdenum (Mo)

Diambil/diserap oleh tanaman dalam bentuk: Mo O4-

Fungsi unsur hara Molibdenum (Mo) bagi tanaman ialah:
a. Berperan dalam mengikat (fiksasi) N oleh mikroba pada leguminosa

b. Sebagai katalisator dalam mereduksi N

c. Berguna bagi tanaman jeruk dan sayuran

Molibdenum dalam tanah terdapat dalam bentuk Mo S2

15. Boron (Bo)

Diambil/diserap oleh tanaman dalam bentuk: Bo O3-

Fungsi unsur hara Boron (Bo) bagi tanaman ialah:
a. Bertugas sebagai transportasi karbohidrat dalam tubuh tanaman

b. Meningkatkan mutu tanaman sayuran dan buah-buahan

c. Berperan dalam pembentukan/pembiakan sel terutama dalam titik tumbuh pucuk, juga dalam pembentukan tepung sari, bunga dan akar

d. Boron berhubungan erat dengan metabolisme Kalium (K) dan Kalsium (Ca)

e. Unsur hara Bo dapat memperbanyak cabang-cabang nodule untuk memberikan banyak bakteri dan mencegah bakteri parasit

Boron (Bo) dalam tanah terdapat dalam bentuk:
a. Datolix Ca (OH)2 BoSiO4

b. Borax Na2 Bo4 O2. 10H2O

16. Khlor (Cl)

Diambil/diserap oleh tanaman dalam bentuk: Cl -

Fungsi unsur hara Khlor (Cl) bagi tanaman ialah:
a. Memperbaiki dan meninggikan hasil kering dari tanaman seperti: tembakau, kapas, kentang dan tanaman sayuran

b. Banyak ditemukan dalam air sel semua bagian tanaman

c. Banyak terdapat pada tanaman yang mengandung serat seperti kapas, sisal

Disamping ke-16 unsur hara tersebut masih ada unsur-unsur lain yang berhubungan erat dengan tanaman yang akan diuraikan secara ringkas, yaitu:
1. Natrium (Na)
Natrium dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman apabila tanaman yang dimaksud menunjukkan gejala kekurangan Kalium (K).
Natrium dalam proses fisiologi dengan K, yaitu menghalangi atau mencegah pengambilan/penyerapan K yang berlebihan.
2. Silikum (Si)
Tanaman rumput-rumputan, seperti alang-alang dan padi ternyata banyak yang menyerap Si.
Dibandingkan dengan unsur hara N dan P, ternyata Si dalam tanaman lebih besar jumlahnya.
3. Nikel (Ni)
Unsur ini merupakan aktifator daripada enzim, dalam bentuknya yang kecil dapat mempercepat pertumbuhan tanaman.
4. Titan (Ti)
Unsur Titan selalu terdapat dalam tanaman, dan banyak terdapat pada nodula dan legum. Dengan pemberian Ti SO4 nodula akan bertambah sedangkan fiksasi menjadi lebih meningkat
5. Selenium
Jumlah yang berlebihan tidak menimbulkan kerusakan bagi tanaman, akan tetapi menimbulkan keracunan bagi binatang yang memakan tumbuhan tersebut.
6. Vanadium
Berfungsi mempercepat reproduksi azotobacter yang mengakibatkan meningkatnya fiksasi N dari udara.
7. Argon
Unsur Argon dibutuhkan tanaman untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangannya. Kelebihan unsur ini dapat menyebabkan keracunan pada tanaman. Keracunan akar oleh Argon banyak terdapat pada tanah persawahan.
8. Yodium
Unsur yodium walaupun keadaannya sedikit ternyata diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang sehat.
Sumber : http://pusri.wordpress.com/2007/10/01/khasiat-unsur-hara-bagi-tanaman/

Peningkatan Pertanian Butuh Sinergi Antar Instansi

Daerah Indonesia yang merupakan daerah agraris, menyimpan banyak kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan manusia. Dengan syarat, harus diolah terlebih dahulu. Salah satunya adalah dalam bidang pertanian, di mana struktur tanah yang ada sangat sesuai untuk bercocok tanam.

Keberhasilan para petani di Dusun Serimbang, Desa Senakin, Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten Landak, yang melakukan panen raya pada Senin (11/02) lalu. Seharusnya dapat menjadi angin segar bagi para petani di daerah lainnya. Dimana dengan kesungguhan mengolah lahan pertanian, akan memberikan hasil yang menguntungkan pula bagi para petani itu sendiri.
Kesuksesan para petani di Desa Senakin itu sendiri, juga dikarenakan adanya dukungan lintas instansi yang ada di Pemerintahan Daerah Landak. Hal itu diutarakan oleh Gubernur Kalimantan Barat, Drs, Cornelis, MH. Ia mengatakan bahwa bila dalam bidang pertanian, peran Dinas Pertanian begitu besar. Akan tetapi untuk irigasi dan kelancaran pupuk yang ada di daerah Senakin sendiri, butuh kerjasama dengan Dinas Pekerjaan Umum dan para pemilik modal.
Bila sinergi antar instansi ini dapat terus berjalan dengan baik, ujar Cornelis, kondisi pertanian di Indonesia dua puluh lima tahun mendatang akan lebih baik lagi dari saat ini. “Pertanian kita harus mencontoh pertanian di negara maju seperti Amerika,” ujarnya. Di mana dapat mandiri bahkan bisa memimpin negara.
Contoh nyata untuk itu, ujar Cornelis, adalah Jimmy Carter. Yang menjadi Presiden Amerika dengan latar belakang sebagai petani kacang. “Karenanya, ke depannya hasil pertanian di Desa Senakin harus lebih baik lagi,” ujarnya.
Cornelis pun berjanji untuk membantu para petani di Desa Senakin bila dapat berusaha lebih baik lagi. “Akan saya kirim ke Cisarua, Bogor, untuk melihat pola pertanian milik Mindu Sianipar. Anggota dari PDI-P,” ujarnya. Yang menerapkan pertanian menggunakan bibit padi yang unggul.
Menurut Cornelis, itu semua dapat diwujudkan oleh para petani dengan terlebih dahulu menuntaskan permasalahan yang timbul dalam pertanian mereka. Tentunya dengan bantuan Dinas dan instansi yang ada.
Dengan tegas, Cornelis berkata bahwa omong kosong bicara mengenai Sumber Daya Manusia (SDM) bila untuk makan saja tidak bisa terpenuhi. Untuk itu, petani pun jangan hanya mengandalkan tanaman padi saja. Tetapi juga harus mengembangkan tanaman pertanian lainnya pula. Cornelis pun berjanji bila pemerintahan di tingkat Provinsi akan memback-up para petani dengan memberikan dukungan berupa fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan oleh para petani.
Sementara itu Bupati Landak, Drs, Adrianus Asia Sidot, M.Si, mengatakan bahwa masa depan petani saat ini cukup baik. Akan tetapi, lanjutnya, semua tergantung kepada para petani itu sendiri. “Kami (Pemerintah Daerah) hanya bisa memfasilitasi,” ujar Adrianus. Dengan memberikan bantuan berupa bibit, pupuk, dan perbaikan fasilitas lain seperti irigasi dan jalan untuk mengangkut hasil panen para petani.■Arthurio/Borneo Tribune

TPP-ABG KUBIS, KUBIS BUNGA DAN BROCCOLI

Persiapan dan pengolahan lahan.
Lakukan pengolahan lahan dengan membersihkan dari sisa-sisa akar dan rumput-rumputan, dengan cara dicangkul sedalam 30 cm hingga lahan siap tanam. Selanjutnya buat bedengan dengan lebar (80-120) cm dan saluran air dengan lebar 20 cm, atau ditanam dengan sistem gulud, jarak tanaman 60 cm x 50 cm.



2. Pencegahan penyakit dan persemaian.
Penyakit utama penyebab kegagalan panen pada tanaman kubis adalah bengkak akar (puru akar). Untuk mencegah atau mengendalikan penyakit tersebut dapat dilakukan sejak dini, yaitu dengan menggunakan ABG-BIO (pengendalian secara biologis) pada persemaian. Caranya: Aktifkan (1–2) bungkus ABG-BIO dengan (10–20) kg media semai (tanah + pupuk kandang, dengan perbandingan 3:1 sampai 1:1), kemudian siram dengan air hingga lembab, simpan dalam bentuk gundukan dan tutup dengan karung bekas, biarkan selama (2-3) hari, kemudian sebar secara merata bersamaan dengan pupuk dasar. Atau larutkan 1 bungkus ABG-BIO + 0,5 kg dedak + 2 tutup ABG-D dalam 10 liter air, aduk secara merata, dan biarkan selama (2–4) jam. Kemudian siramkan pada media persemaian di atas (1–2) hari sebelum penebaran benih. Untuk mengurangi kematian dan menghindari stress, benih sebaiknya disemaikan dalam kokeran dari daun pisang berisi sekitar (50–75) gram media tanam. Benih ditempatkan kedalam lubang sekitar 0,5 cm. Setelah bibit berumur 2 minggu dilakukan pindah tanam ke lapangan
3. Pemupukan.
a. Pupuk dasar. Pupuk yang digunakan, untuk lahan seluas 1 ha, adalah campuran (1–5) ton pupuk kandang + 100 kg ABG-Bios + (10-20) kg campuran media semai dan ABG-BIO yang telah diaktifkan (seperti tersebut di atas). Sebarkan campuran pupuk ini pada bedengan atau diberikan dalam lubang tanam sekitar (1–3) hari sebelum tanam. Setelah penanaman, berikan campuran (100–200) kg ABG-Bios + 100 kg Urea + 50 kg SP-36 + 50 kg KCl, atau sekitar (15–20) gram/tanaman. Pupuk ditempatkan dalam lubang tugal dengan kedalaman 5 cm, berjarak sekitar 10 cm dari tanaman.
b. Pupuk susulan. Sebagai pupuk susulan gunakan campuran 100 kg Urea + 50 kg SP-36 + 100 kg KCl + (100–150) kg ABG-Bios, atau sekitar (15 –20) gram/tanaman, diberikan pada 30 HST, atau campuran 200 kg pupuk majemuk NPK (dengan formula 12-12-17) + (100–200) kg ABG-Bios. Pupuk ditempatkan di sekeliling tanaman, dan selanjutnya dilakukan pembumbunan.
d. Pupuk ABG. Pemberian pupuk ABG-D, dengan konsentrasi (2-3) cc/liter air, dilakukan pada 15 HST, 25 HST, 35 HST, dengan cara disemprotkan pada tanaman secara merata. Sedangkan ABG-B, dengan konsentrasi (2-3) cc/liter air, diberikan pada 45 HST, 55 HST dan 65 HST. Untuk mencegah bengkak akar dilakukan pemberian ABG-BIO setiap 2 minggu. Caranya: Larutkan (1–2) bungkus ABG-BIO + 1 kg dedak + 2 kg ABG-Bios + (5–10) tutup ABG-B, dalam (50-100) liter air, aduk secara merata, dan biarkan selama (2-4) jam. Kemudian siramkan sebanyak (25–50) cc/tanaman pada perakaran tanaman.
4. Pemeliharaan.
Pemeliharaan meliputi penyiangan dan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT).
• Penyiangan (weeding) dilakukan (2–3) kali dengan menyingkirkan gulma di sekitar daerah perakaran.
• Pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) dapat dilakukan dengan menggunakan pestisida sesuai dengan yang dianjurkan untuk mengendalikan serangan hama dan penyakit dan dengan menjaga agar pemberian air terjaga.
5. Panen.
• Panen pada tanaman kubis antara (90-120) HST tergantung varietas tanaman.
• Secara fisik tanaman kubis sudah dapat dipanen, jika krop-nya besar dan padat penuh.
• Pemungutan tidak boleh terlambat, karena krop-nya akan mudah rusak dan busuk .

PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DI INDONESIA DAN KENDALA YANG DIHADAPI

Intensifikasi pertanian yang berlebihan ternyata telah menimbulkan dampak lingkungan yang kurang menguntungkan. Sebagai contoh pada tanaman kopi, intensifikasi yang ditujukan untuk memaksimumkan produksi dengan cara menerapkan teknologi masukan tinggi dan tanpa menggunakan tanaman penaung telah memberikan dampak negatif terhadap berupa antara lain Menurunkan kesuburan tanah (kimiawi, fisik, biologis), meningkatkan parasitisme (kehilangan musuh alami dan menimbulkan resistensi jasad penggangu terhadap pestisida, pencemaran lingkungan (NO3, nitrat dalam air, residu pestisida dalam air dan tanah) dan kehilangan keragaman hayati (Vaast, 2000).

Sistem pertanian intensif seperti ini seringkali disebut pertanian konvensional yang dianggap kurang berpihak terhadap pelestarian lingkungan hidup. Oleh karena itu, banyak pakar yang mulai memikirkan perlunya ditemukan suatu sistem pertanian alternatif yang dianggap lebih berorientasi pada pelestarian lingkungan hidup dan tidak merugikan kesehatan manusia. Istilah yang sering digunakan dalam sistem pertanian alternatif tersebut adalah pertanian organik. Padanan pertanian organik yang lazim digunakan adalah pertanian masukan rendah, pertanian ekologis, pertanian biologis, pertanian biodinamika, pertanian alami dan permaculture.

Akhir-akhir ini gerakan pertanian organik makin menggema di pelbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia. Namun dalam pengembangannya Indonesia masih menghadapi pelbagai kendala.

Kendala Pengembangan Pertanian Organik di Indonesia
Perkembangan pertanian organik di Indonesia masih sangat lambat. Namun minat bertani dengan sistem organik akhir-akhir ini sudah mulai tumbuh. Hal ini diharapkan akan berdampak positif terhadap pengembangan petanian organik yang waktu-waktu yang akan datang. Adapun kendala yang dihadapi dalam pengembangan pertanian organik antara lain:

A. Kendala Makro
Kendala-kendala dalam pengembangan pertanian organik yang bersifat makro antara lain peluang pasar, penelitian dan pengembangan, dan kondisi iklim.

Sejak dua dasawarsa terakhir permintaan pasar dunia terhadap produk pertanian organik mulai tumbuh. Pertumbuhan pasar ini, khususnya di Eropa, merupakan salah satu pertimbangan utama dalam pemberlakuan Council Regulation (EEC) No. 2092/91 (EEC, 1991). Namun pertumbuhan pasar produk pertanian organik sampai dengan tahun 2000 masih lambat, sehingga segmen pasar masih berupa ceruk pasar. Konsumen produk organik masih terbatas pada orang-orang yang memiliki keperdulian tinggi terhadap kelestarian lingkungan dan kesehatan. Kepedulian tersebut mendorong mereka bersedia memberikan premium harga terhadap produk-produk organik.

Pasar produk domestik terhadap pertanian masih belum tumbuh. Kadang-kadang di Supermarket dijual produk pertanian tertentu dengan diberi tulisan organik, bukan organik dari lembaga berwenang. Gejala ini menarik untuk pengembangan organik ke depan, walaupun demikian keterbatasan pasar domestik masih akan menjadi kendala utama dalam jangka pendek dan jangka menengah.

Disamping kendala pasar, program penelitian dan pengembangan yang mendukung ke arah pengembangan sistem pertanian organik di Indonesia pada komoditas lain masih belum banyak dilakukan, sehingga pengembangan agribisnis di sektor organik masih terbatas. Berdasarkan pengalaman pada komoditas kopi tersebut di atas, dukungan penelitian sangat diperlukan agar pengembangan agribisnis di sektor organik dapat berhasil dengan baik. Oleh karena itu, kegiatan penelitian dan pengembangan pertanian perlu dilakukan lebih intensif, karena sistem pertanian cenderung bersifat spesifik lokasi dan spesifik komoditas.

Kendala lainnya adalah Indonesia memiliki iklim tropika basah, bahkan di beberapa tempat tidak memiliki atau sedikit sekali periode kering. Kondisi iklim seperti ini menguntungkan untuk jasad penganggu, khususnya jamur. Intensitas serangan jasad penggangu yang tinggi akan lebih menyulitkan dalam praktek penerapan pertanian orgnaik.

B. Kendala Mikro
Kendala mikro yang dimaksud dalam tulisan ini adalah kendala yang dijumpai di tingkat usaha tani, khususnya petani kecil. Beberapa kendala makro tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

Minat produsen, pada pelaku usaha pertanian di Indonesia belum banyak yang beminat untuk betani organik. Keenganan tersebut terutama masih belum jelasnya pasar produk pertanian organik, termasuk premium harga yang diperoleh.

Minat pelaku usaha untuk mempraktekkan pertanian petanian organik ini akan meningkat apabila pasar domestik dapat ditumbuhkan. Oleh karena itu, upaya mempromosikan keunggulan-keunggulan produk pertanian organik kepada para konsumen peru digiatkan.

Pemahaman kurang, pemahaman para petani terhadap sistem pertanian organik masih sangat kurang. Pertanian organik sering dipahami sebatas pada praktek pertanian yang tidak menggunakan pupuk anorganik dan pestisida.

Pengertian tentang sistem pertanian organik yang benar perlu disebarluaskan pada masyarakat. Pengertian tersebut meliputi filosofi, tujuan, penerapan, perdagangan, dan lain-lain. Sebagai acuan untuk penyebarluasan pengertian pertanian organik sebaiknya menggunakan standar dasar yang dirumuskan oleh IFOAM.

Organisasi di tingkat petani, Organisasi di tingkat petani merupakan kunci penting dalam budidaya pertanian organik. Hal ini terkait dengan masalah penyuluhan dan sertifikasi. Agribisnis produk organik di tingkat petani kecil akan sulit diwujudknan tanp dukungan organisasi petani.

Di beberapa daerah organisasi petani sudah terbentuk dengan baik, tetapi sebaiknya di daerah-daerah lain organisasi pertani masih sulit diwujudkan. Dorongan pemerintah agar para petani membentuk asosiasi seperti yang terjadi pada akhir-akhir ini, khususnya di sektor perkebunan, akan dapat berdampak positif terhadap pengembangan agribisnis produk organik.

Kemitraan petani dan pengusaha, upaya membentuk hubungan kemitraan antara petani dan pengusaha yang pernah dilakukan beberapa waktu yang lalu yang masih belum memberikan hasil seperti yang diharapkan petani. Kemitraan antara petani dan pengusaha merupakan salah satu kunci sukses dalam pengembanga produk pertanian organik, khususnya apabila diarahkan untuk eksport.

Pola kemitraan ini sering disebut dengan pola bapak angkat. Dalam hal ini pengusaha sebagai bapak antara lain berkewajiban memasarkan produk yang dihasilkan kelompok tani, memfasilitasi kegiatan penyuluhan, mengurus sertifikasi, dan menyalurkan saprodi. Apabila kondisi sudah memungkinkan, fungsi pengusaha sebagai bapak angkat dapat digantikan oleh koperasi yang dimiliki oleh para petani sendiri (Surip Mawardi. Peneliti pada Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia).

Tulisan ini disadur dari Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia Vol 18 No. 2, Juni 2002. Untuk info lebih lanjut hubungi Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia di Jl. PB. Sudirman No. 90, Jember 68118, Indonesia, telp. (0331) 757130, 757132, 757065, 757136, fax. (0331)757131, e-mail: iccro@jember.wasantara.net.id
di 19:57

Selasa, 12 Februari 2008

Petani Minta Patokan Harga Dasar Pangan

Serikat Petani Indonesia meminta pemerintah segera mematok harga dasar pangan yang menguntungkan petani dan konsumen.

Penetapan harga dasar diyakini sebagai solusi mengatasi lonjakan harga pangan sekaligus mengantisipasi krisis pangan dalam jangka panjang.

"Jangan tergantung pada harga internasional," kata Ketua Umum Serikat Petani, Henry Saragih, di kantornya, Jumat (1/2).

Patokan harga dasar juga menjadi salah satu cara mengupayakan kedaulatan pangan. "Petani mau menanam, karena punya kejelasan hitungan ekonominya," katanya.

Sore ini pemerintah akan mengumumkan paket kebijakan harga pangan. Kebijakan ini disusun untuk mengatasi melambungnya harga sejumlah kebutuhan pokok.
(sumber tempointeraktif.com)

Petani Tak Minat Tanam Kedelai karena Harga Jual Rendah

Kalangan petani di Jawa Tengah tidak berminat menanam kedelai karena harga jual komoditas itu di pasaran sangat rendah sehingga dibutuhkan varietas kedelai unggul yang bisa yang bisa menghasilkan kedelai dalam jumlah banyak sehingga bisa mendongkrak harga jual.

Varietas kedelai yang dikembangkan petani merupakan jenis varietas yang cocok untuk daerah subtropis, padahal Jateng termasuk iklim tropis sehingga mutu produksi tak optimal. Demikian apa yang disampaikan Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan (Dispertan) Jateng, di Semarang, Rabu kemarin.

Menurut beliau, varietas kedelai yang ada sekarang ini memang kurang menarik bagi petani sehingga Dispertan Jateng meningkatkan luas area, peningkatan teknologi varietas, dan menambah jumlah kebutuhan dengan meningkatkan produksi.

Beliau optimis, Litbang Departemen Pertanian, dalam pada masa mendatang mampu menemukan varietas yang cocok untuk daerah tropis. Varietas kedelai yang selama ini ditanam petani, yakni wilis, lokon, galunggung, dan malabar. Meski kedelai jenis itu sebenarnya dari iklim subtropis, tapi telah dilakukan silangan agar mampu beradaptasi dengan kondisi Jateng.

Wakil Ketua Komisi B DPRD Jawa Tengah Muhammad Haris mengatakan, penurunan minat petani menanam kedelai disebabkan tingginya biaya produksi dan rendahnya harga jual sehingga mereka lebih memilih menanam padi atau jagung karena dianggap lebih praktis dan ekonomis.

"Pemerintah perlu melakukan rekayasa genetika untuk menghasilkan varietas kedelai yang cocok di Indonesia. Masa tanam kedelai yang membutuhkan minimal dua kali pemupukan dan empat hingga lima kali penyemprotan sampai panen juga menjadi faktor penghambat peningkatan produksi," katanya.

Ia mengatakan, rentang waktu dari bulan Desember 2007-Februari 2008 yang sebenarnya merupakan waktu panen raya kedelai diperkirakan hanya terjadi di 15 Kabupaten/kota dengan jumlah sekitar 33.199 ton. Panen terbesar di Kabupaten Grobogan kurang lebih 13.831 ton. Sedangkan Wonogiri dan Pemalang hanya 1 ton sehingga fakta ini menunjukan minat terhadap kedelai sangat kurang.

"Memang ada penurunan jumlah produksi kedelai dalam kurun 3 tahun terakhir. Jika pada tahun 2005, jumlah produksi sebesar 167.107 ton, tahun 2006 (132.261 ton), dan 2007 (119.932 ton). Padahal kebutuhan untuk Jateng ada kecenderungan meningkat, yakni tahun 2005 sebesar 348.834 ton, tahun 2006 (453.062 ton), dan tahun 2007 (467.174 ton).

Karena itu, katanya, Jateng terpaksa mendatangkan kedelai dari luar provinsi sebesar 196.766 ton pada tahun 2005, tahun 2006 (332.705 ton), dan tahun 2007 (358.036 ton) untuk memenuhi kebutuhan.

Politik yang cenderung mengabaikan petani dan pelaku usaha kecil, katanya, menyebabkan segala sesuatu bergantung pada impor. Bahkan, sampai mekanisme pasar pun dikendalikan importir.

Pemerintah seharusnya bisa memprediksi dan mengantisipasi kenaikan harga kedelai melalui kebijakan peningkatan produksi dalam negeri, sekaligus melindungi petani melalui instrumen stabilisasi harga pascapanen dan sistem tata niaga yang sehat dan adil.(source ANTARA)

Petani

Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Langsung ke: navigasi, cari

Petani adalah seseorang yang bergerak di bidang bisnis pertanian utamanya dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman (seperti padi, bunga, buah dan lain lain), dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk di gunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain. Mereka juga dapat menyediakan bahan mentah bagi industri, seperti serealia untuk minuman beralkohol, buah untuk jus, dan wol atau flax untuk penenunan dan pembuatan-pakaian.

Dalam negara berkembang atau budaya pra-industri, kebanyakan petani melakukan agrikultur subsistence yang sederhana - sebuah pertanian organik sederhana dengan penanaman bergilir yang sederhana pula atau teknik lainnya untuk memaksimumkan hasil, menggunakan benih yang diselamatkan yang "asli" dari ecoregion.